A. Pengertian Psikologi Agama
Psikologi agama
mengunakan dua kata yaitu psikologi dan agama. Berikut kita lihat pengertiannya
masing-masing:
1. Psikologi
Menurut bahasa kata psikologi merupakan
hasil peng Indonesiaan dari bahasa Inggris psychologi, dan istilah ini
pun berasal dari kata Yunan, yaitu: Psycho dapat diartikan "roh,
jiwa atau jiwa hidup", dan logos dapat diartikan "ilmu".
Dengan demikian, secara harfiah psikologi adalh ilmu jiwa. Oleh karena itu
tidaklah berlebihan manakala ada seseorang yang menyebut dengan istilah ilmu
jiwa atau psikologi. Bertolak dari pemberian istilah tersebut, saya lebih
setuju dengan penyebutan istilah psikologi dari pada ilmu jiwa. Dengan alasan
objeknya, dimana objeknya ilmu jiwa adalah ilmu yang sangat abstrak dan tidak
memungkinkan untuk dipelajari maupun diamati secara langsung. Sedangkan objek
dari psikologi adalah ilmu konkrit atau ilmu yang mempelajari tingkah laku organisme
dalam hubungan dengan lingkungannya.Thantowi(1991:2).
Sedangkan menurut istilah, (disadur oleh
Muhibbin Syah, 1995:7-10) dalam buku psikologi pendidikan suatu pendekatan baru
telah terjadi perbedaan pendapat, sesuai dengan disiplin ilmu yang dimilikinya,
seperti
1.
Pendapat
Muhibbin Syah adalh "ilmu yang mengenai kehidupan mental, ilmu mengenai
pikiran dan ilmu mengenai tingkah laku
2.
Pendapat
Gleitman (1986) adalah "ilmu pengetahuan yang berusaha memahami prilaku
manusia, alasan dan cara mereka melakukan sesuatu, juga memahami bagaimana
makhluk tersebut dapat berfikir dan berperasaan secara sesungguhnya".
3.
Pendapat
Chaplin (1972) adalah "ilmu pengetahuan mengenai perilaku manusia dan
hewan, juga penyelidikan terhadap organisme dalam segala ragam dan kerumitannya
ketika mereaksi arus dan perubahan alam sekitar dan peristiwa-peristiwa
kemasyarakatan yang mengubah lingkungan".
Bertolak dari ketiga pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan,
bahwa psikologi lebih banyak ditekankan pada penyelidikan tingkah laku manusia
yang bersifat jasmaniah, bersifat terbuka dan tertutup dan bersifat rohaniah
baik selaku individu maupun kelompok dalam hubungan dengan lingkungannya.
2. Agama
Begitu juga dengan agama menyangkut masalah
yang berhubungan dengan kehidupan batin manusia. Agama sebagai bentuk
kenyakinan, memang sulit di ukur secara tepat dan rinci. Hali ini pula
barangkali yang menyulitkan para ahli untuk memberikan definisi yang tepat
tentang agama.
Agama menurut perspektif ahli psikologi:
1.
kesulitan
dalam memberikan defenisi agama karena:
1.
Pengalaman
agama bersifat subyektif Dan mendalam
2.
Pengaruh
agama sangat dominan terhadap perasaan dan kepribadian seseorang .
3.
Unsur
subyektif sangat dominan dalam mempengaruhi pengertian agama.
2.
Defenisi
Agama:
1.
Menolak
memberikan definisi agam, karena alasan diatas(G.Albertcoe. dll.)
2.
Pendekatan
sosiologi
·
Durkheim:
agama adalah semata-mata gejal sosial
·
Tolcotf person: agama adalah kesadaran nilai-nilai
sosial
·
Ames: agama adalah kesadarn nilai-nilai sosial
tertinggi
3.
Pendekata indivudu dan pengalaman
o James: Agama adalah perasaan, pengakuan dengan
yang gaib
o Pratt: Sikap sosial yang serius dengan yang
dianggap melindungi kehidupannya.
o Chark: Pengalaman batin dengan yang gaib
o
Johnson: hubungan dengan sang pencipta nilai-nilai
atau norma-norma.
3.
tingkat pengalaman agama:
1.
Primary
religion behavior: pengalamn spiritual yang bersifat asli dengan yang gaib.
2.
Secondary
religious behavior: sama dengan diatas, tapi kwalitas lebih rendah.
3.
Tertiar
reliious behavior: pengalaman spiritual yang didorong oleh orang lain.
4.
Psikologi
Agama
Sehubunagan dengan hak ini, Taules
berpendapat bahwa psikologi agama adalah cabang dari psikologi yang bertujuan
mengembangkan pemahaman terhadap perilaku keagamaan dengan
megaplikasikanprinsip-prinsip psikologi yang dipungut dari kajian terhadap
perilaku bukan keagamaan (Robert H. Thouless:25).
Sedangkan menurut Zakiah Darajat, psikologi
agama adalah meneliti dan menelaah kehidupan beragama pada seseorang yang
mempelajari berapa besar pengaruh kenyakinan agama itu dalam sikap dan tingkah
laku serta keadaan hidup pada umumnya. Di sampinga itu, psikologi agama jua
mempelajari pertumbuhan dan perkembangan jiwa agama pada seseorang, serta
faktor-faktor yang mem pengaruhi kenyakinan tersebut(Zakiah Darajat,1970:11)
Sehubugan dengan psikologi agama
Jalaludin(1979:77) berpendapat bahwa Psikologi Agama menggunakan dua kata yaitu
Psikologi dan Agama, kedua kata ini memiliki pengertian yang berbeda. Dimana
Psikologi secara umum diartikan sebagai ilmu yang mempelajarigejala jiwa
manusia yang normal, dewasa dan beradap.
B. Metode Psikologi Agama
Adapun metode psikologi agama adlah sebagai
berikut:
1. Mengunakan metode dokumen pribadi (
personal Document)
2. Menggunakan Kuesioner dan wancara.
C. Obyek dan Kegunaannya
1. Dokumen pribadi (personal Document) yaitu
digunakan sebagai untuk mempelajari tentang bagaimana pengalaman dan kehidupan
bagi seseorang dalam hubungan dengan agama. Untuk memperoleh imformasi mengenai
hal dimaksud maka cara yang ditempuh dengan jalan mengumpulkan dokumen pribadi
orang-orang yang berupa autobiografi, biografi, tulisan atau pun catatan-
catatan yang dibuatnya.
Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa
agama merupakan pengalaman bartin yang bersifat individual dikala seseorang
merasakan sesuatu yang ghaib, maka dokumen pribadi dinilai dapat memberikan
informasi yang lengkap. Selai catatan atau tulisan juga digunakan daftar
pertanyaan kepada orang-orang yana akan diteliti
Dalam penerapan metode dokumen pribadi ini
dilakukan dengan berbagai cara atau teknik-teknik tertentu. Diantara yang
banyak dilakukan adalah sebagai berikut:
1.
Teknik
nomothatiic, digunakan untuk menarik kesimpulan sejumlah dokumen yang diteliti.
2.
Teknik
analisis nilai, teknik ini digunakan dengan dukungan analisis statik.
3.
Teknik
idiography approach, teknik ini digunakan sebagai pelengkap dari teknik
nomothatic.
4.
Teknik
penafsiran terhadap sikap, teknik ini digunakan dalampenelitian terhadap
biografi tulisan atau dokumen yang ada hubungannya dengan individu yang akan diteliti.
2.
Kuesioner dan wanwancara yaitu sutu metode yang diguanakan sebagai untuk
mengumpulkan data dan imformasi yang lebih banyak dan mendalam secara langsung
kepada responden. Metode ini memiliki beberapa kelebihan atara lain:
1.
Dapat
memberikan kemungkinan untuk memperoleh jawaban yang cepat dan segera.
2.
Hasilnya
dapat dijadikan dkumen pribadi tentang seseorang serta dapt pula dijadikan data
nomothatic.
Setiap metode tentu
ada kelemahan disana-sini begitu juga dengan metode ini. Adapu kelamahan adalah
sebagi berikut:
1.
Jawabanyang
diberikan trikat oleh pertanyaan hngga responden tak dapat memberikan jawaban
secara bebas.
2.
Sulit
untuk menyusun pertanyaan yang menganddugn tingkat relevansi yang tinggi,
karena itu diperlukan keterampilan yang khusus untuk hal itu.
3.
kadang-kadang
sering terjadi salah peanfsiran terhadap pertanyaan yang kurang tepat, dan
tidak semua pertanyaan sesuai untuk semua orang.
4.
untuk
memperoleh jawaban yang tepat, dibutuhkan adanya jalinan kerjasama yang baik
dari si penanya.
II.Perkembangan
Jiwa keagamaan pada Remaja
A. Faktor-faktor yang mempengaruhinya
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi sianak adalah:
1.
Unreflective(tidak
mendalam
Dalam
penelitian Machion tentang sejumlah konsep ke-tuhanan apada diri anak 73 pesen
mereka menggangap tuhan itu bersifat seperti manusia.
2.
Egosentris
Anak memiliki
kesadaran akan diri sendiri sejak tahun pertama usia perkembangannya dan akan
berkembang sejalan dengan petamabahan engalamannya.
3.
Anthromorphisl
Pada umumnya
konsep mengenai ke-Tuhananpada akan berasal dari hasil pengalamannya dikala ia
berhubungan dengan orang lain.
4.
Verbalis
dan Ritualis
Dari kenyataan
yang kita alamiternyata kehidupan agama pada anak-anak sebagian besar tumbuh
mula-mula secara verbal(ucapan).
5.
Imitatif
Dalam kehidupan
sehari-hari dapat kita lihat bahwa tindak keaamaan yang dilakukan oleh
anak-anak pada dasarnya siperoleh dari meniru.
6.
Rasa Heran
Rasa heran dan
kagum merupakan tanda dan sifat keagamaan yang terakhir pada nak.
B. Konflik dan Keraguan ( Analisis hasil
penelitian Stabuck)
1. Keperibadian
yang menyangkut salah tafsir dan jenis kelamin
a. Bagi seorang yang memliki keperibadian
Introvert, maka kegagalan dalam mendapatkan pertolongan tuhan akan menyebabkan
salah tafsir akan sifat tuhan yang maha pengasi dan penyayang
b. Perbedaan jenis kelamin dan kematangan
merupakan pula faktor yang menentukan dalam keraguan agama wanita yang lebih
cepat matang dalam perkembangannya lebih cepat dalam menunjukan keraguan dari
pada remaja pria. Tetapi sebaliknya dalam kualitas dan kuantitas keraguan
remaja putri lebih kecil jumlahnya. Disamping itu
keraguan wanita lebih bersifat alami sedangkan peria bersifat intelek.
2. Kesalahan
Organisasi Keagamaan dan Pemuka Agama
Banyaknya lembaga keagamaan, organisasi dan aliran keagamaan yang
kadang-kadang menimbulkan kesan adanyapertentangan dan ajaramn. Pengaruh ini
dapat menjadi peyebab timbulya keraguan para remaja, demikian pula tindakan
pemuka agama yang tidak sepenuhnya menuruti tuntunan agama.
3. Pernyataan
Kebutuhan Manusia
Manusia memiliki sifat konservatif (sedang dengan yang sudah ada) dan
dorongan ingintahu. Berdasarkan faktor bawaan ini maka keraguan memang harus
ada pada diri manusia, karena hal itu merupakan pernyataan dari kebutuhan
manusia normal. Ia terdorong untuk mempelajari ajaran agama dan kalau ada
perbedaan-perbedaan yang kurang sejalan dengan apa yang telah dimilikinya akan
timbul keraguan.
4. Kebiasaan
Seorang yang terbiasa akan suatu teradisi keagamaan yang dianutnya akan
ragu menerima ajaran yang diterimanya atau dilihatnya.
5. Pendidikan
pengetahuan yang dimiliki remaja serta tingkat pendidikan yang dimilikinya
akan membawa pengaruh sikap terhadap ajaran agama. Remaja terpelajar akan
menjadi lebih keritis terhadap ajaran agamanya, terutama yang bayak mengandung
ajaran yang bersifat dogmatis, apalagi jika mereka memiliki kemampuan untuk
menapsirkan ajaran agama yang dianutnya itu secara lebih rasional.
6. Percampuran
antara Agama dan Mistik
Para remaja merasa ragu untuk menentukan antara unsur agama dengan mistik.
Sejalan dengan perkembangan masyarakat kadang+kadang secara tidak disadari
tindakan keagamaan yang mereka lakukan ditopangi oleh praktek kebatina dan
mistik. Penyatuan unsur ini merupakan sutu dilema yang kabur bagi para remaja.
III.
Wiliam James dalam bukunya The Varieties of Religious Experience, secara garis
Besar sikap dan perilaku keagamaan dapat digolongkan menjadi dua tipe:
A. Tipe Orang Sakit Jiwa ( the Sick Soul)
Dalam
hal ini tipe orang sakit jiwa, dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu:
1. Faktor internal
a.
Temperamen bahwa
Temperamen merupakan
salah satu unsur dalam membentuk keperibadian manusia sehingga dapat tercemin
diri kehidupan kejiwaan seseorang.
b. Gangguan Jiwa bahwa
Orang yang mengidap
sakit jiwa menunjukkan kelainan dalam sikap dan tingkah lakunya, tindak-tanduk
keagaman dan pengalaman keagamaan yang ditampilkannya tergantung dari gejala
gangguan jiwa yang mereka idap.
c. Konflik dan Keraguan bahwa
Konflik kejiwaan yang
terjadi pada diri seseorang mengenai keagamaan mempengaruhi sikap keagamaannya
d. Jauh dari Tuhan bahwa
Orang yang dalam
kehidupan jauh dari ajaran agama, lazimnya akan merasakan dirinya lemah dan
kehilangan pegangan saat menghadapi cobaan.
2. Faktor Eksternal, mengakibatkan
mempengaruhi sikap keagamaan secara mendak
a.
Musiba. Musibah yang serius dapat menguncangkan kejiwaan seseorang, sehingga
timbul berbagi macam kesadaran pada diri manusia yang banyak tafsiran.
b.
Kejahatan bagi yang menekuni segala macam kejahatan, akan mengalami keguncangan
batin, dan rasa berdosa sehingga perasaan jiwa mereka menjadi labil yang
terkadang dilampiaskan dengan tindakan yang berutal, pemarah, mudah tersinggung
dan berbagai tindakan negatif lainnya.kadang-kadang perasaan datang sehingga
menyebabkan hidup mereka tidak perna mengalami ketenangan dan ketenteraman.
B. Tipe orang yang sehat jiwa ( Healthy-Minded-Ness)
Dalam
hal ini ciri dan sifat agama pada orang yang sehat jiwanya, cenderung memilik
motipasi yaitu:
1.
Optimis dan Gembira, orang yang sehat jiwanya menghayati segala bentuk ajaran
agama dengan perasaan optimis, padahal menurut pandangannya adalah sebagai
jerih payah yang diberikan oleh tuhan. Sebalinya segala bentuk musibah yang dan
penderitaan dianggap sebagai ketelodoran dan kesalahan yang dibuatnya dan tidak
bearnggapan bahwa hal tersebut dianggap sebagai peringatan tuhan terhadap dosa
manusia.
2.
Ekstrovet dan tak mendalam, sikap terbuka yang di miliki orang yang sehat jiwa
ini disebabkan mereka muda melupakan kesan-kesan buruk dan luka hati yang
tergores sebagai ekses agamis tindakannya.mereka selalu berpandangan kedepan
dan membawa suasana hati yang lepas dari kungkungan ajaran agama yang terlampau
menjelimat.
C. Menyenagi ajaran ketauhidan yang libal
Orang yang sehat
jiwanya maka cenderung:
1.
Menyenangi
teologi yang luwes dan tidak kaku
2.
Menunjukan
tingkah laku keagaan yang lebih jelas.
3.
Menekankan ajaran cinta kasih daripada kemurkaan
dan dosa.
4.
Mempelopori pembelaan terhadap kepentingan agama
secara sosial.
5.
Tindakan menyenangi implikasi penebusan dosa dan
kehidupan kebiaraan.
6.
Bersifat
liberal dalam menfsirkan pengertian ajaranagama.
IV. Agama dan Kesehatan
Mental
A. Pengaruh Agama terhadap Kesehatan Mental
Sejumlah kasus yang menunjukkan adannya
hubungan antara faktor kenyakinan dengan kesehatan mental jiwa atau mental
tampaknya sudah disadari pada ilmuan beberapa abad yang lalu. Misalnya
pernyataan Carel Gustav Jung "diantara pasien saya yang setengah baya,
tidak seorang pun yang penyebab penyakit kejiwaannya yang tidak dilartar
belakangi oleh aspek agama. Di samping beberapa isilah kesehatan mental
tersebut, didalam al-qur'an juga banyak terdapat ayat-ayat yang berkaitan
dengan uraian definisei kesehatn mental, meliputi hubunan manusia dengan
dirinya sendiri, sesama manusia, lingkungan dan tuhan, yang kesemuanya dtujukan
untuk mendapatkan hidup bermakna dan bahagia didunia dan diakhirat.
B. Teori Relativevisme yang menghantarkan
Einstein ber-tuhan
1. Teori Monistik
1.
Menurut Thomas Van Aguino, berasal dari berpikir,
berasal dari unsur yannmg tunggal
2.
Menurut
Fredrik Schleimacher, berasal dari ketergantungan yang mutlak.
3.
Rudop Otto, berasaldari Numinous yaitu rasa kagum.
4.
Sigmund Freud Ubido Sexsuil, 1), berasal dari
Oedpoes Complik atau dari perasaan dosa. 2), Fathe Image yaitu dari citra
bapak.
5.
William
Mac Dongull, berasal dari Intink
6.
Fredrik
Hage, berasal dari pengetahuan.
2. Teori Fakulti
a. Rasa Cipta
yaitu menentukan kebenaran agama
b. Emotion (rasa)
yaitu sikap batin sebagai penghayatan
c. Will ( karsa)
yaitu yang dapat menimbulakn amalan agama.
V.
Pengaruh Pendidikan terhadap Jiwa Keagamaan
A. Menurut W.H. Clark
Dalam hal ini
Menurut W.H. Clark yang mempengaruhi terhadap jiwa keagamaan sesorang tidak
lain adalah lingkungan kelurga, dimana lingkungan kelurgalah merupakan lapangan
yang pertama dan pendidiknya adalah orang tua yang bersifat kodrati mereka
pendidik bagi anak-anak karena secara kodrat Ibu dan Bapak diberikan anugerah
oleh tuhan pencipta berupa naluri. Karena naluri ini timbul rasa kasih sayang
para orang tua kepada anak-anak mereka, hingga secara moral keduanya merasa
terbeban tanggung jawab untuk memelihara, mengawasi dan melindungi serta
membimbing keturunan mereka. Juga menurut W.H. Clark bahwa fungsi jiwa manusia
yang masih sangat sederhana tersebut agama terjalin dan terlibat didalamnya,
jalinan unsur-unsur dan tenaga kejiwaan ini pula agama akan berkembang. Hingga
pula terlihat suatu peran pendidiksn keluarga dalam menanamkan jiwa keagaan
pada anak.
B. Menurut Agama Islam
Semakin tinggi
pendidikan seeorang maka akan semakin baik tingkat kecerdasan dalam
melaksanakan ibadah kepada Allah yang maha esa. Seseorang akan beribadah sesuai
dengan pengetahuan yang dimilikinya
VI.
Konversi Agama
A. Tahapan masa konversi agama
1. Aspek Agama
Bahwa tahap terjadinya konversi agama adalah rahasia Allah dangan umatnya.
Jadi kalau Allah tidak memberika hidayah nya kepada seseorang maka ia akan
terus menerus akan sesat.
2. Aspek Sosiologi,
Aspek sosiologi ini meliputi antara lain: Pergaulan, tradisi, propaganda,
tokoh agama, dan struktur sosial.
3. Aspek Psikolog
Aspek psikilogi ini dibagi lagi menjadi 2:
Faktor intenal:
kepribadian dan pembawaan
Faktor eksternal:
lingkungan, peristiwa,dan kemiskinan
B. Hasil analisis Tetimoni Pelaku Konversi
(dikelas)
1.
Pengaruh lingkungan; teman-temannya kurang mau
bergaul dengannya sebab ia orang kristen. Dan akhirnya ia berkeinginan
konversia agama.
2.
Sering dikucilkan oleh lingkungannnya ketika itu.
3.
Dari proses berfikir; dia berfikir masak tuhannya
telanjang. Masak tuhanya porno sekali. Sehingga ia beranggapan bahwa yesus buka
tuhannya.
4.
Pengaruh orang tuannya yang mengajak untuk
konversi agama.
5.
Di akibatkan oleh semangat untuk menkaji agama
Islam
6.
Mendapat hidayah Allah
DAFTAR
PUSTAKA
Jalaludin.1998.Psikologi Agama, Jakarta: Raja Grapindo Persada.
_______. 2004. Psikologi Agama Edisi Revis. Jakarta: Rajawali Press
Ramayulis.2002. Psikologi Agama. Jakarta: Kalam Mulia.
Ringkasa Catatan harian mata kuliah Psikologi agama, Tgl 9, 16, 3, Bln 3,
2006.
Romlah. 2004. Psikologi Pendidika Kajian Teoritis dan Aplikatif.
Malang: UMM press.
No comments:
Post a Comment