PopAds

Saturday 24 December 2022

Psikologi Agama sebagai disiplin ilmu

A. Pengertian Psikologi Agama

Psikologi agama mengunakan dua kata yaitu psikologi dan agama. Berikut kita lihat pengertiannya masing-masing:

1. Psikologi

Menurut bahasa kata psikologi merupakan hasil peng Indonesiaan dari bahasa Inggris psychologi, dan istilah ini pun berasal dari kata Yunan, yaitu: Psycho dapat diartikan "roh, jiwa atau jiwa hidup", dan logos dapat diartikan "ilmu". Dengan demikian, secara harfiah psikologi adalh ilmu jiwa. Oleh karena itu tidaklah berlebihan manakala ada seseorang yang menyebut dengan istilah ilmu jiwa atau psikologi. Bertolak dari pemberian istilah tersebut, saya lebih setuju dengan penyebutan istilah psikologi dari pada ilmu jiwa. Dengan alasan objeknya, dimana objeknya ilmu jiwa adalah ilmu yang sangat abstrak dan tidak memungkinkan untuk dipelajari maupun diamati secara langsung. Sedangkan objek dari psikologi adalah ilmu konkrit atau ilmu yang mempelajari tingkah laku organisme dalam hubungan dengan lingkungannya.Thantowi(1991:2).

Sedangkan menurut istilah, (disadur oleh Muhibbin Syah, 1995:7-10) dalam buku psikologi pendidikan suatu pendekatan baru telah terjadi perbedaan pendapat, sesuai dengan disiplin ilmu yang dimilikinya, seperti

1.      Pendapat Muhibbin Syah adalh "ilmu yang mengenai kehidupan mental, ilmu mengenai pikiran dan ilmu mengenai tingkah laku

2.      Pendapat Gleitman (1986) adalah "ilmu pengetahuan yang berusaha memahami prilaku manusia, alasan dan cara mereka melakukan sesuatu, juga memahami bagaimana makhluk tersebut dapat berfikir dan berperasaan secara sesungguhnya".

3.      Pendapat Chaplin (1972) adalah "ilmu pengetahuan mengenai perilaku manusia dan hewan, juga penyelidikan terhadap organisme dalam segala ragam dan kerumitannya ketika mereaksi arus dan perubahan alam sekitar dan peristiwa-peristiwa kemasyarakatan yang mengubah lingkungan".

Bertolak dari ketiga pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa psikologi lebih banyak ditekankan pada penyelidikan tingkah laku manusia yang bersifat jasmaniah, bersifat terbuka dan tertutup dan bersifat rohaniah baik selaku individu maupun kelompok dalam hubungan dengan lingkungannya.

 

2. Agama

Begitu juga dengan agama menyangkut masalah yang berhubungan dengan kehidupan batin manusia. Agama sebagai bentuk kenyakinan, memang sulit di ukur secara tepat dan rinci. Hali ini pula barangkali yang menyulitkan para ahli untuk memberikan definisi yang tepat tentang agama.

Agama menurut perspektif ahli psikologi:

1.      kesulitan dalam memberikan defenisi agama karena:

1.      Pengalaman agama bersifat subyektif  Dan mendalam

2.      Pengaruh agama sangat dominan terhadap perasaan dan kepribadian seseorang .

3.      Unsur subyektif sangat dominan dalam mempengaruhi pengertian agama.

 

2.      Defenisi Agama:

1.      Menolak memberikan definisi agam, karena alasan diatas(G.Albertcoe. dll.)

2.      Pendekatan sosiologi

·         Durkheim: agama adalah semata-mata gejal sosial

·         Tolcotf person: agama adalah kesadaran nilai-nilai sosial

·         Ames: agama adalah kesadarn nilai-nilai sosial tertinggi

 

3.      Pendekata indivudu dan pengalaman

o    James: Agama adalah perasaan, pengakuan dengan yang gaib

o    Pratt: Sikap sosial yang serius dengan yang dianggap melindungi kehidupannya.

o    Chark: Pengalaman batin dengan yang gaib

o    Johnson: hubungan dengan sang pencipta nilai-nilai atau norma-norma.

 

3.      tingkat pengalaman agama:

1.      Primary religion behavior: pengalamn spiritual yang bersifat asli dengan yang gaib.

2.      Secondary religious behavior: sama dengan diatas, tapi kwalitas lebih rendah.

3.      Tertiar reliious behavior: pengalaman spiritual yang didorong oleh orang lain.

4.      Psikologi Agama

Sehubunagan dengan hak ini, Taules berpendapat bahwa psikologi agama adalah cabang dari psikologi yang bertujuan mengembangkan pemahaman terhadap perilaku keagamaan dengan megaplikasikanprinsip-prinsip psikologi yang dipungut dari kajian terhadap perilaku bukan keagamaan (Robert H. Thouless:25).

Sedangkan menurut Zakiah Darajat, psikologi agama adalah meneliti dan menelaah kehidupan beragama pada seseorang yang mempelajari berapa besar pengaruh kenyakinan agama itu dalam sikap dan tingkah laku serta keadaan hidup pada umumnya. Di sampinga itu, psikologi agama jua mempelajari pertumbuhan dan perkembangan jiwa agama pada seseorang, serta faktor-faktor yang mem pengaruhi kenyakinan tersebut(Zakiah Darajat,1970:11)

Sehubugan dengan psikologi agama Jalaludin(1979:77) berpendapat bahwa Psikologi Agama menggunakan dua kata yaitu Psikologi dan Agama, kedua kata ini memiliki pengertian yang berbeda. Dimana Psikologi secara umum diartikan sebagai ilmu yang mempelajarigejala jiwa manusia yang normal, dewasa dan beradap.

 

B. Metode Psikologi Agama

Adapun metode psikologi agama adlah sebagai berikut:

1. Mengunakan metode dokumen pribadi ( personal Document)

2. Menggunakan Kuesioner dan wancara.

 

C. Obyek dan Kegunaannya

1. Dokumen pribadi (personal Document) yaitu digunakan sebagai untuk mempelajari tentang bagaimana pengalaman dan kehidupan bagi seseorang dalam hubungan dengan agama. Untuk memperoleh imformasi mengenai hal dimaksud maka cara yang ditempuh dengan jalan mengumpulkan dokumen pribadi orang-orang yang berupa autobiografi, biografi, tulisan atau pun catatan- catatan yang dibuatnya.

Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa agama merupakan pengalaman bartin yang bersifat individual dikala seseorang merasakan sesuatu yang ghaib, maka dokumen pribadi dinilai dapat memberikan informasi yang lengkap. Selai catatan atau tulisan juga digunakan daftar pertanyaan kepada orang-orang yana akan diteliti

Dalam penerapan metode dokumen pribadi ini dilakukan dengan berbagai cara atau teknik-teknik tertentu. Diantara yang banyak dilakukan adalah sebagai berikut:

1.      Teknik nomothatiic, digunakan untuk menarik kesimpulan sejumlah dokumen yang diteliti.

2.      Teknik analisis nilai, teknik ini digunakan dengan dukungan analisis statik.

3.      Teknik idiography approach, teknik ini digunakan sebagai pelengkap dari teknik nomothatic.

4.      Teknik penafsiran terhadap sikap, teknik ini digunakan dalampenelitian terhadap biografi tulisan atau dokumen yang ada hubungannya dengan individu yang akan diteliti.

 

2. Kuesioner dan wanwancara yaitu sutu metode yang diguanakan sebagai untuk mengumpulkan data dan imformasi yang lebih banyak dan mendalam secara langsung kepada responden. Metode ini memiliki beberapa kelebihan atara lain:

1.      Dapat memberikan kemungkinan untuk memperoleh jawaban yang cepat dan segera.

2.      Hasilnya dapat dijadikan dkumen pribadi tentang seseorang serta dapt pula dijadikan data nomothatic.

Setiap metode tentu ada kelemahan disana-sini begitu juga dengan metode ini. Adapu kelamahan adalah sebagi berikut:

1.      Jawabanyang diberikan trikat oleh pertanyaan hngga responden tak dapat memberikan jawaban secara bebas.

2.      Sulit untuk menyusun pertanyaan yang menganddugn tingkat relevansi yang tinggi, karena itu diperlukan keterampilan yang khusus untuk hal itu.

3.      kadang-kadang sering terjadi salah peanfsiran terhadap pertanyaan yang kurang tepat, dan tidak semua pertanyaan sesuai untuk semua orang.

4.      untuk memperoleh jawaban yang tepat, dibutuhkan adanya jalinan kerjasama yang baik dari si penanya.

 

 

 

 

II.Perkembangan Jiwa keagamaan pada Remaja

A. Faktor-faktor yang mempengaruhinya

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi sianak adalah:

1.      Unreflective(tidak mendalam

Dalam penelitian Machion tentang sejumlah konsep ke-tuhanan apada diri anak 73 pesen mereka menggangap tuhan itu bersifat seperti manusia.

2.      Egosentris

Anak memiliki kesadaran akan diri sendiri sejak tahun pertama usia perkembangannya dan akan berkembang sejalan dengan petamabahan engalamannya.

3.      Anthromorphisl

Pada umumnya konsep mengenai ke-Tuhananpada akan berasal dari hasil pengalamannya dikala ia berhubungan dengan orang lain.

4.      Verbalis dan Ritualis

Dari kenyataan yang kita alamiternyata kehidupan agama pada anak-anak sebagian besar tumbuh mula-mula secara verbal(ucapan).

5.      Imitatif

Dalam kehidupan sehari-hari dapat kita lihat bahwa tindak keaamaan yang dilakukan oleh anak-anak pada dasarnya siperoleh dari meniru.

6.      Rasa Heran

Rasa heran dan kagum merupakan tanda dan sifat keagamaan yang terakhir pada nak.

 

B. Konflik dan Keraguan ( Analisis hasil penelitian Stabuck)

1. Keperibadian yang menyangkut salah tafsir dan jenis kelamin

a. Bagi seorang yang memliki keperibadian Introvert, maka kegagalan dalam mendapatkan pertolongan tuhan akan menyebabkan salah tafsir akan sifat tuhan yang maha pengasi dan penyayang

b. Perbedaan jenis kelamin dan kematangan merupakan pula faktor yang menentukan dalam keraguan agama wanita yang lebih cepat matang dalam perkembangannya lebih cepat dalam menunjukan keraguan dari pada remaja pria. Tetapi sebaliknya dalam kualitas dan kuantitas keraguan remaja putri lebih kecil jumlahnya. Disamping itu keraguan wanita lebih bersifat alami sedangkan peria bersifat intelek.

2. Kesalahan Organisasi Keagamaan dan Pemuka Agama

Banyaknya lembaga keagamaan, organisasi dan aliran keagamaan yang kadang-kadang menimbulkan kesan adanyapertentangan dan ajaramn. Pengaruh ini dapat menjadi peyebab timbulya keraguan para remaja, demikian pula tindakan pemuka agama yang tidak sepenuhnya menuruti tuntunan agama.

 

3. Pernyataan Kebutuhan Manusia

Manusia memiliki sifat konservatif (sedang dengan yang sudah ada) dan dorongan ingintahu. Berdasarkan faktor bawaan ini maka keraguan memang harus ada pada diri manusia, karena hal itu merupakan pernyataan dari kebutuhan manusia normal. Ia terdorong untuk mempelajari ajaran agama dan kalau ada perbedaan-perbedaan yang kurang sejalan dengan apa yang telah dimilikinya akan timbul keraguan.

4. Kebiasaan

Seorang yang terbiasa akan suatu teradisi keagamaan yang dianutnya akan ragu menerima ajaran yang diterimanya atau dilihatnya.

5. Pendidikan

pengetahuan yang dimiliki remaja serta tingkat pendidikan yang dimilikinya akan membawa pengaruh sikap terhadap ajaran agama. Remaja terpelajar akan menjadi lebih keritis terhadap ajaran agamanya, terutama yang bayak mengandung ajaran yang bersifat dogmatis, apalagi jika mereka memiliki kemampuan untuk menapsirkan ajaran agama yang dianutnya itu secara lebih rasional.

6. Percampuran antara Agama dan Mistik

Para remaja merasa ragu untuk menentukan antara unsur agama dengan mistik. Sejalan dengan perkembangan masyarakat kadang+kadang secara tidak disadari tindakan keagamaan yang mereka lakukan ditopangi oleh praktek kebatina dan mistik. Penyatuan unsur ini merupakan sutu dilema yang kabur bagi para remaja.

III. Wiliam James dalam bukunya The Varieties of Religious Experience, secara garis Besar sikap dan perilaku keagamaan dapat digolongkan menjadi dua tipe:

A. Tipe Orang Sakit Jiwa ( the Sick Soul)

Dalam hal ini tipe orang sakit jiwa, dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu:

1. Faktor internal

a. Temperamen bahwa

Temperamen merupakan salah satu unsur dalam membentuk keperibadian manusia sehingga dapat tercemin diri kehidupan kejiwaan seseorang.

b. Gangguan Jiwa bahwa

Orang yang mengidap sakit jiwa menunjukkan kelainan dalam sikap dan tingkah lakunya, tindak-tanduk keagaman dan pengalaman keagamaan yang ditampilkannya tergantung dari gejala gangguan jiwa yang mereka idap.

c. Konflik dan Keraguan bahwa

Konflik kejiwaan yang terjadi pada diri seseorang mengenai keagamaan mempengaruhi sikap keagamaannya

d. Jauh dari Tuhan bahwa

Orang yang dalam kehidupan jauh dari ajaran agama, lazimnya akan merasakan dirinya lemah dan kehilangan pegangan saat menghadapi cobaan.

 

2. Faktor Eksternal, mengakibatkan mempengaruhi sikap keagamaan secara mendak

a. Musiba. Musibah yang serius dapat menguncangkan kejiwaan seseorang, sehingga timbul berbagi macam kesadaran pada diri manusia yang banyak tafsiran.

b. Kejahatan bagi yang menekuni segala macam kejahatan, akan mengalami keguncangan batin, dan rasa berdosa sehingga perasaan jiwa mereka menjadi labil yang terkadang dilampiaskan dengan tindakan yang berutal, pemarah, mudah tersinggung dan berbagai tindakan negatif lainnya.kadang-kadang perasaan datang sehingga menyebabkan hidup mereka tidak perna mengalami ketenangan dan ketenteraman.

 

B. Tipe orang yang sehat jiwa ( Healthy-Minded-Ness)

Dalam hal ini ciri dan sifat agama pada orang yang sehat jiwanya, cenderung memilik motipasi yaitu:

1. Optimis dan Gembira, orang yang sehat jiwanya menghayati segala bentuk ajaran agama dengan perasaan optimis, padahal menurut pandangannya adalah sebagai jerih payah yang diberikan oleh tuhan. Sebalinya segala bentuk musibah yang dan penderitaan dianggap sebagai ketelodoran dan kesalahan yang dibuatnya dan tidak bearnggapan bahwa hal tersebut dianggap sebagai peringatan tuhan terhadap dosa manusia.

2. Ekstrovet dan tak mendalam, sikap terbuka yang di miliki orang yang sehat jiwa ini disebabkan mereka muda melupakan kesan-kesan buruk dan luka hati yang tergores sebagai ekses agamis tindakannya.mereka selalu berpandangan kedepan dan membawa suasana hati yang lepas dari kungkungan ajaran agama yang terlampau menjelimat.

 

C. Menyenagi ajaran ketauhidan yang libal

Orang yang sehat jiwanya maka cenderung:

1.      Menyenangi teologi yang luwes dan tidak kaku

2.      Menunjukan tingkah laku keagaan yang lebih jelas.

3.      Menekankan ajaran cinta kasih daripada kemurkaan dan dosa.

4.      Mempelopori pembelaan terhadap kepentingan agama secara sosial.

5.      Tindakan menyenangi implikasi penebusan dosa dan kehidupan kebiaraan.

6.      Bersifat liberal dalam menfsirkan pengertian ajaranagama.

 

 

 

 

 

 

 

 

IV. Agama dan Kesehatan Mental

A. Pengaruh Agama terhadap Kesehatan Mental

Sejumlah kasus yang menunjukkan adannya hubungan antara faktor kenyakinan dengan kesehatan mental jiwa atau mental tampaknya sudah disadari pada ilmuan beberapa abad yang lalu. Misalnya pernyataan Carel Gustav Jung "diantara pasien saya yang setengah baya, tidak seorang pun yang penyebab penyakit kejiwaannya yang tidak dilartar belakangi oleh aspek agama. Di samping beberapa isilah kesehatan mental tersebut, didalam al-qur'an juga banyak terdapat ayat-ayat yang berkaitan dengan uraian definisei kesehatn mental, meliputi hubunan manusia dengan dirinya sendiri, sesama manusia, lingkungan dan tuhan, yang kesemuanya dtujukan untuk mendapatkan hidup bermakna dan bahagia didunia dan diakhirat.

 

B. Teori Relativevisme yang menghantarkan Einstein ber-tuhan

1. Teori Monistik

1.      Menurut Thomas Van Aguino, berasal dari berpikir, berasal dari unsur yannmg tunggal

2.      Menurut Fredrik Schleimacher, berasal dari ketergantungan yang mutlak.

3.      Rudop Otto, berasaldari Numinous yaitu rasa kagum.

4.      Sigmund Freud Ubido Sexsuil, 1), berasal dari Oedpoes Complik atau dari perasaan dosa. 2), Fathe Image yaitu dari citra bapak.

5.      William Mac Dongull, berasal dari Intink

6.      Fredrik Hage, berasal dari pengetahuan.

2. Teori Fakulti

a. Rasa Cipta yaitu menentukan kebenaran agama

b. Emotion (rasa) yaitu sikap batin sebagai penghayatan

c. Will ( karsa) yaitu yang dapat menimbulakn amalan agama. 

 

 

 

 

 

V. Pengaruh Pendidikan terhadap Jiwa Keagamaan

A. Menurut W.H. Clark

Dalam hal ini Menurut W.H. Clark yang mempengaruhi terhadap jiwa keagamaan sesorang tidak lain adalah lingkungan kelurga, dimana lingkungan kelurgalah merupakan lapangan yang pertama dan pendidiknya adalah orang tua yang bersifat kodrati mereka pendidik bagi anak-anak karena secara kodrat Ibu dan Bapak diberikan anugerah oleh tuhan pencipta berupa naluri. Karena naluri ini timbul rasa kasih sayang para orang tua kepada anak-anak mereka, hingga secara moral keduanya merasa terbeban tanggung jawab untuk memelihara, mengawasi dan melindungi serta membimbing keturunan mereka. Juga menurut W.H. Clark bahwa fungsi jiwa manusia yang masih sangat sederhana tersebut agama terjalin dan terlibat didalamnya, jalinan unsur-unsur dan tenaga kejiwaan ini pula agama akan berkembang. Hingga pula terlihat suatu peran pendidiksn keluarga dalam menanamkan jiwa keagaan pada anak.

 

B. Menurut Agama Islam

Semakin tinggi pendidikan seeorang maka akan semakin baik tingkat kecerdasan dalam melaksanakan ibadah kepada Allah yang maha esa. Seseorang akan beribadah sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya

 

VI. Konversi Agama

A. Tahapan masa konversi agama

1. Aspek Agama

Bahwa tahap terjadinya konversi agama adalah rahasia Allah dangan umatnya. Jadi kalau Allah tidak memberika hidayah nya kepada seseorang maka ia akan terus menerus akan sesat.

2. Aspek Sosiologi,

Aspek sosiologi ini meliputi antara lain: Pergaulan, tradisi, propaganda, tokoh agama, dan struktur sosial.

3. Aspek Psikolog

Aspek psikilogi ini dibagi lagi menjadi 2:

Faktor intenal: kepribadian dan pembawaan

Faktor eksternal: lingkungan, peristiwa,dan kemiskinan

 

B. Hasil analisis Tetimoni Pelaku Konversi (dikelas)

1.      Pengaruh lingkungan; teman-temannya kurang mau bergaul dengannya sebab ia orang kristen. Dan akhirnya ia berkeinginan konversia agama.

2.      Sering dikucilkan oleh lingkungannnya ketika itu.

3.      Dari proses berfikir; dia berfikir masak tuhannya telanjang. Masak tuhanya porno sekali. Sehingga ia beranggapan bahwa yesus buka tuhannya.

4.      Pengaruh orang tuannya yang mengajak untuk konversi agama.

5.      Di akibatkan oleh semangat untuk menkaji agama Islam

6.      Mendapat hidayah Allah

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Jalaludin.1998.Psikologi Agama, Jakarta: Raja Grapindo Persada.

_______. 2004. Psikologi Agama Edisi Revis. Jakarta: Rajawali Press

Ramayulis.2002. Psikologi Agama. Jakarta: Kalam Mulia.

Ringkasa Catatan harian mata kuliah Psikologi agama, Tgl 9, 16, 3, Bln 3, 2006.

Romlah. 2004. Psikologi Pendidika Kajian Teoritis dan Aplikatif. Malang: UMM press.


 

No comments:

Post a Comment